Jumat, 22 Juli 2011

PENJILAT

Kehidupan kerja, tidak lebih dari kehidupan seekor tikus kotor yang hidup dalam balutan lumpur kemunafikan, menghalalkan segala cara agar mendapat posisi nyaman dan aliran deras Si Penguasa Nafsu (Rupiah). Seorang bawahan yang dianggap baru dalam dunia kerjanya, berupaya keras layaknya artis sinetron yang meminta perhatian kanan –kiri, atas-bawah, agar mendapatkan point plus dari sang atasan. Tidak bisa dipungkiri lagi memang, tidak ada manusia didunia ini yang enggan hidup enak dengan aliran rupiah yang deras. Namun, yang membuat orang membedakannya adalah, cara dan prosesnya itu sendiri.
Banyak para karyawan di instansi-instansi yang notabene adalah instansi penghasil rupiah, yang kerap dan senang melakukan kecurangan dan mencari muka dengan atasan mereka. Tidakkah sangat hina hidup mereka?, dilumuri dengan kebohongan da kemunafikan hidup, yang tega menyikut siapa saja yang menghalangi upayanya untuk mendapatkan point plus dari atasan mereka, seperti jabatan, uang tambahan, dan “dianggap setia” kepada atasan. Tertawalah para iblis penggoda mereka, alangkah bodohnya manusia ini. Ilmu pelajaran moral dan etika dibangku sekolah serasa tidak ada implementasinya, merasa berdosalah Sang Guru yang mengajarkannya tentang moral.
Orang semacam ini, sering dikenal dengan “Penjilat”, yang bisa ditafsirkan sebagai;
Penjilat = Anjing = Hewan Peliharaan = Hewan
Jadi seorang penjilat tidak jauh berbeda dengan seekor anjing busuku nan laknat yang hanya meminta belas kasihan Sang Majikannya. Yang hanya mengandalkan belas kasihan, tanpa ada rasa kemanusiannya.
Memang diakui mereka bekerja keras, namun bekerja keras juga harus melewati penafsiran. Bekerja keras memang berdasar pada kemampuan dan niat yang baik untuk memperoleh Reward, yang melalui jalan yang benar, tanpa meminta rasa belas kasihan kepada Sang Atasan, tanpa mengadu domba yang lain. Namun, disini mereka “bekerja keras” untuk memperoleh belas kasihan dari Sang Atasan, yang dengan melakukan perbuatan seperti layaknya hewan, yang tidak mempunyai harga diri, jilat sana-jilat sini, cari muka sana-cari muka sini (istilah kasarnya). Sikut sana-sikut sini, tanpa memandang apakah teman atau lawan.
Orang-orang jenis seperti ini, memang harus dibenturkan dengan orang-orang yang bertipe keras kepala dan ngeyel. Yang tidak hanya berkata “ya” dan “ya” saja kepada siapapun, namun harus melalui pencermatan dan pemahaman maksud dari seseorang yang kita sebut sebagai “penjilat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar